ZUHUD
الزُّهد
الزُّهْدُ في الدُّنيا عُنوان
الولاية، ومعناه : تَرْكُ الرّغبة فيها والميل إليها والتنعم بشهَواتِها؛ لكونها
مُلْهِيةٌ عن الله وعن الدار الآخرة . وعلامةُ الزُّهْدِ أَن يَعْتم
عندَ الوَجْدِ َويَفرحَ عندَ الفَقْد . وممّا يَحمِلُ الإنسانَ على الزُّهد
في الدنيا أن يتفكر في حقارتها وخِسَتِها وفَنائِها، ومع ذلك لا تصفُو لصاحبها ولا
تبقى له . وفي الحديث: «لو كانتِ الدّنيا تَزِنُ عندَ اللهِ جناحَ بعوضة
ما سَقى كافراً منها شَرْبةَ ماء (١)، وفيه: «الدنيا مَلعُونةٌ مَلعُون ما فيها
إلا ذكر الله وما والاه، أوعالماً أو متعلماً » (٢ ) .
لا يَشْعُر ومَنْ أخَذَ من الدنيا فوق
ما يكفيه أخذَ حَتْفَهُ وهوَ وقال العارِفُونَ : أبلغ آيةٍ في ذم الدنيا والتزهيد
فيها قوله تعالى : ﴿ وَلَوْلَا أَن يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً
لَجَعَلْنَا لِمَن يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقْفًا مِن فِضَّةٍ
وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ * ولبُيُوتِهِمْ أَبَوَبًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا
يَتَّكِتُونَ * وَزُخْرُفًا وَإِن كُلُّ ذَلِكَ لَمَّا مَتَعُ الحَيَوةِ
الدُّنْيَا ﴾ [الزخرف : ٣٣ - ٣٥] . والزُّهدُ دَرَجات : ۱ - زُهدٌ في الحَرام، وهوَ واجبٌ ؛ لأنَّهُ من
التقوى . A و ۲ - وزُهدٌ في الشُّبُهات، وهو نوعٌ مِنَ
الوَرَع . ۳ ـ وزُهدٌ فيما زادَ على قدر الحاجة من
الدُّنيا، - وهوَ فَضْل ومَنْدُوبٌ، وفيه فوائد دينيةٌ ودُنيويّةٌ ؛ قال
ازْهَدْ في الدُّنيا يحبَّكَ الله ، وأزهد فيما عندَ النَّاس يحبَّكَ النّاس» (١)
، وقال عليه الصّلاة والسلام : «الزُّهدُ في الدنيا يُريحُ القلب والبَدَن،
والرَّغبة فيها تُكثِرُالهَمَّ والحَزَن (۱) واعلَمْ أنّ المؤمِنَ العاقل هو : الذي يُؤثِرُ الآخِرَة على
الدُّنيا، والذي يُسوِّي بينهما غبي أحمق . وأما الذي يُؤثِرُ الدّنيا على الآخرة
فهوَ شالةٌ مُرْتاب، والله أعلَمُ بالصواب
Zuhud
Zuhud dalam dunia adalah
tanda kedekatan dengan Allah. Artinya: meninggalkan keinginan terhadap dunia
dan tidak condong pada kenikmatannya, karena dunia dapat melalaikan dari Allah
dan kehidupan akhirat.
Ciri-ciri orang zuhud
adalah mereka merasa tenang ketika memiliki duniawi, dan bersyukur ketika
kehilangan duniawi.
Yang mendorong seseorang untuk bersikap zuhud di dunia adalah
merenungkan rendahnya nilai dunia, kefanaan, dan ketidaksempurnaannya. Dunia
ini tidak pernah murni untuk siapa pun dan tidak abadi bagi siapa pun.
Dalam sebuah hadits
disebutkan, "Seandainya dunia ini seberat sayap nyamuk di sisi
Allah, niscaya Allah tidak akan memberi orang kafir setetes air pun
darinya" (HR. Tirmidzi). Hadits lain menyebutkan, "Dunia
ini terkutuk dan segala isinya terkutuk kecuali zikir kepada Allah dan segala
yang mendekatkan kepada-Nya, juga orang yang berilmu dan yang belajar
ilmu" (HR. Tirmidzi).
Barang siapa yang mengambil
dari dunia lebih dari yang cukup baginya, maka dia mengambil jalan menuju
kebinasaan tanpa ia sadari.
Para ulama berkata: Ayat
yang paling tegas dalam mencela dunia dan mendorong zuhud adalah firman Allah:
“Dan sekiranya bukan karena hendak menjadikan manusia umat yang satu
(dalam kekafiran), tentulah Kami jadikan bagi orang-orang yang kafir kepada
Tuhan Yang Maha Pengasih, atap-atap rumah mereka dari perak, dan (juga)
tangga-tangga yang mereka menaikinya. Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu bagi
rumah-rumah mereka dan sofa-sofa tempat mereka bersandar, dan (Kami hiasi pula)
dengan emas. Semua itu hanyalah kesenangan hidup dunia” (Az-Zukhruf: 33-35).
Tingkatan Zuhud:
1. Zuhud terhadap yang haram –
Ini wajib, karena termasuk dalam ketakwaan.
2. Zuhud terhadap hal-hal yang meragukan
(syubhat) – Ini merupakan jenis kehati-hatian (wara').
3. Zuhud terhadap apa yang lebih dari
kebutuhan dunia – Ini adalah keutamaan dan disunnahkan, serta memiliki
manfaat baik untuk agama maupun dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Bersikap
zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, dan bersikap zuhudlah
terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya manusia akan mencintaimu” (HR.
Ibnu Majah). Beliau juga bersabda, “Zuhud terhadap dunia menenangkan
hati dan tubuh, sedangkan kecintaan kepada dunia menambah kegelisahan dan
kesedihan” (HR. Tirmidzi).
Ketahuilah bahwa orang beriman yang cerdas adalah yang lebih
mengutamakan akhirat daripada dunia. Adapun yang menyamakan keduanya, ia bodoh.
Sedangkan yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat adalah orang yang ragu
dan tersesat. Dan Allah Maha Mengetahui yang benar.
Penjelasan dan Rujukan Al-Quran dan Hadits
1. Makna Zuhud:
o Zuhud adalah sikap hati yang tidak
terpikat oleh kesenangan dunia, serta tidak mengutamakan dunia dibandingkan
kehidupan akhirat. Ini bukan berarti menjauhi semua kenikmatan dunia, tetapi
lebih pada mengutamakan hubungan dengan Allah dan kebahagiaan di akhirat.
2. Rujukan Al-Quran:
o Dalam Surat Al-Hadid (57:20), Allah
berfirman:
“Ketahuilah,
bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan,
perhiasan, dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan
dan anak keturunan...”
o Ayat ini menggambarkan betapa fana dan
sementaranya dunia, dan mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia seharusnya
tidak menjadi tujuan utama.
3. Rujukan Hadits:
o Dalam hadits yang disampaikan di atas,
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa dunia begitu kecil dan tak berharga di sisi
Allah, hingga jika dunia seberat sayap nyamuk saja, Allah tidak akan
memberikannya kepada orang kafir.
o Hadits lain menyebutkan bahwa dunia ini
terkutuk kecuali hal-hal yang membawa seseorang lebih dekat kepada Allah,
seperti ilmu dan zikir.
4. Ciri-Ciri Orang yang Zuhud:
o Salah satu tanda orang yang zuhud adalah
hatinya tidak bergantung pada dunia. Ketika ia memperoleh harta, ia tidak
sombong, dan ketika kehilangan harta, ia tidak bersedih. Ini menunjukkan fokus
utama mereka adalah Allah dan akhirat, bukan dunia.
Contoh Zuhud dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Tidak Terikat dengan Harta:
o Seorang pengusaha sukses yang memiliki
banyak kekayaan tetapi tetap hidup sederhana, menggunakan hartanya untuk
membantu orang lain, dan tidak berlebihan dalam menikmati kekayaan. Ia sadar
bahwa hartanya adalah amanah dari Allah dan sewaktu-waktu bisa hilang.
2. Prioritas Akhirat dalam Keputusan:
o Ketika dihadapkan pada pilihan pekerjaan
dengan gaji besar tetapi mengandung unsur yang tidak halal, seseorang yang
zuhud akan lebih memilih pekerjaan yang halal meskipun dengan gaji yang lebih
kecil. Hal ini karena ia mengutamakan keridhaan Allah di atas keuntungan
duniawi.
3. Bersyukur dalam Kehilangan:
o Ketika seorang petani kehilangan hasil
panennya karena bencana alam, ia tetap bersabar dan bersyukur. Ia memandang
kehilangan ini sebagai ujian dari Allah dan berharap akan pahala di akhirat,
serta tidak merasa gelisah atau marah karena kehilangan harta dunia.
Kesimpulan
Zuhud adalah sikap yang membuat seseorang lebih fokus pada akhirat
dan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Zuhud bukan berarti
meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi memprioritaskan akhirat dalam segala
aspek hidup. Sifat ini dapat membantu kita menjaga hati dari kecintaan yang
berlebihan pada dunia serta menjadikan kehidupan yang lebih tenang dan penuh
makna.
10 definisi Zuhud menurut
para ulama beserta teks Arab dan terjemahannya:
1.
Imam Al-Ghazali
Definisi:
الزهد هو ترك ما لا ينفع في الآخرة
Terjemahan:
Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.
Penjelasan:
Imam Al-Ghazali mengartikan zuhud sebagai menjauhkan diri dari segala sesuatu
yang tidak mendukung tujuan utama kehidupan, yaitu kebahagiaan di akhirat.
2.
Ibnu Qudamah
Definisi:
الزهد ترك الراحة في الدنيا طلباً لراحة الآخرة
Terjemahan:
Zuhud adalah meninggalkan kenikmatan dunia untuk mencari kenikmatan akhirat.
Penjelasan:
Ibnu Qudamah menggambarkan zuhud sebagai kesediaan seseorang untuk mengorbankan
kesenangan duniawi demi meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
3.
Imam Ahmad bin Hanbal
Definisi:
الزهد في الدنيا ليس بتحريم الحلال ولا إضاعة المال
ولكن الزهد أن تكون في قلبك رغبة عن الدنيا واشتياقاً إلى الآخرة
Terjemahan:
Zuhud dalam dunia bukan berarti mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan
harta, tetapi zuhud adalah ketika hatimu berpaling dari dunia dan rindu kepada
akhirat.
Penjelasan:
Imam Ahmad menekankan bahwa zuhud bukanlah tentang menanggalkan segala yang
duniawi secara fisik, tetapi tentang membebaskan hati dari kecintaan yang
berlebihan terhadap dunia.
4.
Abu Darda’
Definisi:
الزهد في الدنيا هو العمل من أجل الآخرة وترك الدنيا
رغم أنها في يديك
Terjemahan:
Zuhud dalam dunia adalah beramal untuk akhirat dan meninggalkan dunia meskipun
dunia berada di tanganmu.
Penjelasan:
Abu Darda’ menjelaskan bahwa zuhud adalah sikap tidak terikat dengan dunia
meskipun memiliki segala kemewahan duniawi.
5.
Ali bin Abi Talib
Definisi:
الزهد ليس بتحريم الطيبات ولكن الزهد أن لا تفرح بما
فات ولا تأسف على ما لم يكن
Terjemahan:
Zuhud bukan berarti mengharamkan segala sesuatu yang baik, tetapi zuhud adalah
ketika kamu tidak bersedih atas apa yang hilang atau kecewa dengan apa yang
tidak kamu dapatkan.
Penjelasan:
Ali bin Abi Talib menekankan bahwa zuhud adalah ketenangan hati terhadap apa
yang telah atau belum didapatkan, tanpa terjebak pada kesenangan duniawi.
6.
Imam Malik
Definisi:
الزهد في الدنيا هو أن لا تلتفت إلى ما فيها من زينة
ولا تفتن بها
Terjemahan:
Zuhud dalam dunia adalah tidak memandang atau terpesona dengan keindahan dan
kemewahan yang ada dalam dunia.
Penjelasan:
Imam Malik menjelaskan bahwa zuhud berarti menjaga diri agar tidak tergoda oleh
dunia dan segala godaan yang ada.
7.
Ibn Taymiyyah
Definisi:
الزهد هو القناعة بما قسم الله والرضا به
Terjemahan:
Zuhud adalah merasa cukup dengan apa yang telah Allah bagi dan menerima dengan
penuh keridhaan.
Penjelasan:
Ibn Taymiyyah mengartikan zuhud sebagai sikap menerima dan merasa cukup dengan
apa yang Allah takdirkan, tanpa menginginkan lebih.
8.
Imam Ash-Shafi'i
Definisi:
الزهد أن تكون غنياً عن الناس وتستغني عن الدنيا
Terjemahan:
Zuhud adalah menjadi kaya dengan tidak bergantung kepada orang lain dan tidak
bergantung pada dunia.
Penjelasan:
Imam Ash-Shafi'i menggambarkan zuhud sebagai keadaan di mana seseorang tidak
tergantung pada harta atau kekayaan dunia untuk kebahagiaannya.
9.
Al-Junaid
Definisi:
الزهد هو أن لا تشهد إلا الله في كل شيء
Terjemahan:
Zuhud adalah tidak menyaksikan selain Allah dalam segala sesuatu.
Penjelasan:
Al-Junaid menekankan bahwa zuhud berarti memiliki fokus total kepada Allah,
sehingga segala yang ada di dunia ini tidak bisa mengalihkan perhatian
dari-Nya.
10.
Sufyan Ats-Tsauri
Definisi:
الزهد هو ترك ما يضر بالآخرة
Terjemahan:
Zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang merugikan kehidupan akhirat.
Penjelasan:
Sufyan Ats-Tsauri mendefinisikan zuhud sebagai menjauhkan diri dari segala yang
dapat menghalangi seseorang dari meraih kebahagiaan akhirat.
Kesimpulan:
Zuhud menurut para ulama tidak
selalu berarti menanggalkan harta duniawi, tetapi lebih kepada kecintaan
yang seimbang antara dunia dan akhirat. Zuhud mencakup sikap hati yang
tidak tergantung pada dunia, dan lebih memfokuskan diri pada kehidupan akhirat
sebagai tujuan utama.
Hadits ini berbunyi:
"لو كانتِ الدّنيا تَزِنُ عندَ
اللهِ جناحَ بعوضةٍ ما سَقى كافراً منها شَرْبةَ ماءٍ"
Artinya:
"Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, niscaya
Allah tidak akan memberi orang kafir seteguk air pun dari dunia ini."
Penjelasan Hadits
Hadits ini menekankan rendahnya nilai dunia di sisi
Allah. Dunia dengan segala kenikmatannya, seperti kekayaan, kekuasaan, dan
kehormatan, tidak ada artinya dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Bahkan,
dunia tidak sebanding dengan "sayap
nyamuk", sebuah ungkapan
yang menunjukkan sesuatu yang sangat kecil, ringan, dan tidak berharga.
Namun, Allah tetap memberikan dunia kepada siapa saja,
termasuk orang kafir yang tidak beriman kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa dunia
bukanlah ukuran kemuliaan atau kehormatan di sisi Allah. Sebaliknya, iman dan amal saleh
adalah yang membuat seseorang mulia di hadapan-Nya.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
1.
Orang Kaya yang Tidak Beriman:
Ada banyak orang yang hidup dalam kemewahan tetapi tidak beriman kepada Allah.
Mereka tetap mendapatkan rezeki, bahkan lebih banyak dari orang-orang beriman.
Ini bukan karena Allah mencintai mereka, tetapi karena dunia itu tidak berarti
apa-apa di sisi Allah.
2.
Orang Beriman yang Sabar:
Seorang muslim yang miskin tetapi tetap teguh dalam keimanannya lebih berharga
di sisi Allah daripada orang kaya yang sombong dan lalai dari-Nya. Kesabaran
dan keimanan inilah yang akan menjadi pahala besar di akhirat.
3.
Peringatan bagi Mukmin:
Seorang muslim yang tergoda oleh dunia harus ingat bahwa segala yang ada di
dunia ini akan sirna. Harta, jabatan, dan kenikmatan dunia hanyalah sementara,
sedangkan akhirat adalah kehidupan yang kekal.
Kesimpulan:
Hadits ini mengajarkan bahwa dunia hanyalah tempat
ujian yang tidak memiliki nilai besar di sisi Allah. Orang beriman harus fokus
pada kehidupan akhirat dengan melakukan amal saleh dan menjaga keimanan. Dunia
diberikan kepada siapa saja tanpa memandang keimanan mereka, tetapi kehidupan
akhirat adalah milik orang yang bertakwa.
4o
You said:
tolong jelaskan
maksud hadits ini disertai dengan contoh! "الدُّنْيَا
مَلعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ، أَوْ
عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا" Artin
ChatGPT said:
ChatGPT
Hadits:
"الدُّنْيَا مَلعُونَةٌ مَلْعُونٌ
مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ، أَوْ عَالِمًا أَوْ
مُتَعَلِّمًا"
Artinya:
"Dunia itu terlaknat, dan terlaknat pula segala yang ada di dalamnya
kecuali dzikir kepada Allah, hal-hal yang mendukungnya, orang yang berilmu, dan
orang yang belajar (menuntut ilmu)."
Penjelasan Hadits
Hadits ini tidak bermaksud mengatakan bahwa dunia
secara keseluruhan adalah buruk atau harus ditinggalkan. “Dunia terlaknat”
dalam konteks ini berarti dunia yang melalaikan manusia dari mengingat Allah,
menjauhkan dari amal saleh, dan membuat seseorang lupa akan tujuan hidup yang
hakiki, yaitu menuju akhirat.
Pengecualian dalam Hadits:
1.
Dzikir kepada Allah:
Semua amal yang dilakukan dengan mengingat Allah dan ikhlas untuk-Nya tidak
termasuk dalam laknat dunia. Contohnya seperti shalat, membaca Al-Qur'an,
berdoa, dan ibadah lainnya.
2.
Hal-hal yang Mendukung Dzikir kepada Allah:
Segala aktivitas dunia yang mendukung ketaatan kepada Allah, seperti bekerja
dengan niat mencari rezeki halal untuk keluarga, membantu sesama, dan
bersedekah.
3.
Orang yang Berilmu:
Orang yang memahami agama dan mengajarkannya termasuk dalam golongan yang
dikecualikan dari laknat dunia. Ilmu yang dimaksud mencakup ilmu yang
mendekatkan manusia kepada Allah dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
4.
Orang yang Menuntut Ilmu:
Pelajar yang mencari ilmu dengan niat ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah,
baik ilmu agama maupun ilmu dunia yang digunakan untuk kebaikan, juga
dikecualikan dari laknat dunia.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
1.
Pekerjaan yang Diniatkan untuk Allah:
Seorang petani yang bekerja dengan niat mencari nafkah halal untuk keluarganya
termasuk dalam pengecualian, karena pekerjaannya adalah ibadah jika disertai
niat yang benar.
2.
Menuntut Ilmu:
Seorang mahasiswa yang menuntut ilmu dengan niat menjadi orang yang bermanfaat
bagi masyarakat, seperti menjadi dokter untuk menolong orang sakit, termasuk
orang yang terpuji di sisi Allah.
3.
Mengajarkan Ilmu:
Seorang guru yang mengajarkan ilmu dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan
pahala besar, meskipun dunia mungkin tidak menghargainya dengan kekayaan atau
penghormatan.
4.
Dzikir dalam Aktivitas:
Seorang ibu rumah tangga yang menjalankan tugasnya dengan dzikir kepada Allah,
seperti membaca tasbih saat memasak atau merawat anak dengan penuh kesabaran,
amalnya tidak termasuk dalam laknat dunia.
Kesimpulan:
Hadits ini mengajarkan agar umat Islam tidak terlalu
terikat pada dunia yang melalaikan dari Allah. Dunia menjadi bernilai dan
diberkahi jika digunakan untuk beribadah, mencari ilmu, dan melakukan kebaikan.
Dengan demikian, dunia bukan tujuan utama, melainkan sarana untuk mencapai
kebahagiaan di akhirat.
4o
You said:
tolong jelaskan
maksud ayat ini disertai dengan contoh! "وَلَوْلَا أَن
يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَن يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ
لِبُيُوتِهِمْ سُقْفًا مِن فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ *
وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ * وَزُخْرُفًا وَإِن
كُلُّ ذَلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا" (Az-Zukhruf: 33-35)
ChatGPT said:
ChatGPT
Ayat:
"وَلَوْلَا أَن يَكُونَ النَّاسُ
أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَن يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ
سُقْفًا مِن فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ * وَلِبُيُوتِهِمْ
أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ * وَزُخْرُفًا وَإِن كُلُّ ذَلِكَ
لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا"
(Az-Zukhruf: 33-35)
Artinya:
"Dan sekiranya bukan karena manusia akan menjadi
umat yang satu (dalam kekafiran), niscaya Kami akan menjadikan untuk
orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pengasih (Allah) rumah-rumah
mereka dengan atap dari perak dan tangga-tangga yang mereka naiki, juga
pintu-pintu rumah mereka dan dipan-dipan tempat mereka bersandar, serta (Kami
jadikan) perhiasan-perhiasan emas. Semua itu hanyalah kesenangan hidup dunia,
sedangkan akhirat di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
Penjelasan Ayat
Ayat ini menggambarkan bahwa kekayaan dunia bukanlah ukuran kemuliaan di sisi Allah. Jika bukan karena menjaga manusia agar tidak tertipu
oleh dunia, Allah bisa saja memberikan segala jenis kemewahan kepada
orang-orang kafir:
- Atap dari perak: Melambangkan kemewahan dan status sosial
tinggi.
- Tangga dan pintu yang megah: Melambangkan kemudahan dan akses istimewa dalam
hidup.
- Dipan dan perhiasan emas: Simbol kenyamanan dan kekayaan duniawi.
Namun, Allah menahan hal ini karena jika semua orang
kafir mendapatkan kekayaan seperti itu, manusia akan tergoda untuk mengikuti
jalan kekafiran karena melihat mereka hidup mewah.
Makna Utama:
1.
Kekayaan Bukan Tanda Keridhaan Allah:
Dunia bukan tujuan hidup seorang mukmin. Kekayaan bukan tanda cinta Allah, dan
kemiskinan bukan tanda murka-Nya. Dunia hanyalah “mataa'ul hayatid dunya” (kesenangan hidup dunia) yang sementara.
2.
Akhirat Adalah Tujuan:
Kehidupan dunia, seberapa mewah pun, tidak ada artinya dibandingkan akhirat.
Kekayaan akhirat hanya dimiliki oleh orang-orang
bertakwa yang menaati Allah.
3.
Ujian Duniawi:
Allah menguji manusia dengan kekayaan dan kemiskinan untuk melihat siapa yang
tetap bertakwa kepada-Nya dan siapa yang terbuai oleh dunia.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
1.
Orang Kaya yang Lalai:
Seorang pengusaha sukses yang memiliki rumah mewah dan harta melimpah, tetapi
lupa akan kewajibannya kepada Allah, tertipu oleh kesenangan dunia yang
sementara.
2.
Orang Miskin yang Bertakwa:
Seorang buruh yang hidup sederhana tetapi selalu bersyukur, menjaga shalat, dan
membantu sesama, lebih berharga di sisi Allah meskipun hidup dalam
keterbatasan.
3.
Peringatan untuk Mukmin:
Seorang muslim yang melihat orang kafir hidup dalam kemewahan tidak boleh iri.
Kekayaan dunia bukanlah bukti bahwa Allah meridhai mereka, tetapi justru bisa
menjadi ujian berat yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Kesimpulan:
Ayat ini mengajarkan bahwa dunia hanyalah kesenangan
sementara yang tidak sebanding dengan akhirat. Manusia tidak boleh tertipu oleh
gemerlap dunia atau mengukur kebahagiaan dengan harta dan kemewahan. Tujuan
hidup sejati adalah akhirat yang penuh dengan kenikmatan abadi bagi mereka yang
bertakwa.
4o
You said:
apa maksud dari
kalimat ini dan berikan masing masing contohnya ! والزُّهدُ
دَرَجات : ۱ - زُهدٌ في
الحَرام، وهوَ واجبٌ ؛ لأنَّهُ من التقوى . و ۲ - وزُهدٌ في الشُّبُهات، وهو نوعٌ مِنَ الوَرَع . ۳ ـ
وزُهدٌ فيما زادَ على قدر الحاجة من الدُّنيا،
ChatGPT said:
ChatGPT
Kalimat:
"والزُّهدُ دَرَجات : ۱ - زُهدٌ في الحَرام، وهوَ واجبٌ ؛ لأنَّهُ من
التقوى . و ۲ - وزُهدٌ في الشُّبُهات، وهو نوعٌ مِنَ الوَرَع . ۳ ـ وزُهدٌ فيما زادَ على قدر الحاجة من
الدُّنيا،"
Penjelasan Kalimat:
Kalimat ini membahas tiga tingkatan zuhud dalam
kehidupan dunia. Zuhud berarti meninggalkan kecintaan yang berlebihan
terhadap dunia demi mendekatkan diri kepada Allah. Tingkatan ini dimulai dari
yang wajib hingga yang sunnah dan dianjurkan dalam tasawuf dan akhlak Islam.
Tingkatan Zuhud dan Contohnya:
1. Zuhud dalam Hal yang Haram (الزهد في الحرام)
·
Maksud:
Menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah seperti dosa, maksiat, dan perbuatan
tercela. Zuhud ini wajib karena merupakan bagian dari ketakwaan dan kepatuhan
kepada perintah Allah.
·
Contoh:
- Menolak uang hasil korupsi
atau riba meskipun terlihat menguntungkan.
- Menjauhi pergaulan bebas,
minuman keras, dan perjudian.
- Tidak memakan makanan haram
seperti daging babi atau makanan hasil mencuri.
2. Zuhud dalam Hal yang Syubhat (الزهد في الشبهات)
·
Maksud:
Meninggalkan perkara yang tidak jelas kehalalannya atau masih meragukan antara
halal dan haram. Ini adalah bagian dari wara’ (kehati-hatian) yang dianjurkan dalam Islam.
·
Contoh:
- Menolak makanan yang tidak
diketahui jelas sumbernya, misalnya hasil usaha yang diragukan
kehalalannya.
- Tidak menggunakan harta yang
diperoleh dari transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
- Menahan diri dari
berkata-kata yang bisa mengarah pada kebohongan atau ghibah.
3. Zuhud dalam Hal yang Berlebihan dari
Kebutuhan (الزهد
فيما زاد على قدر الحاجة من الدنيا)
·
Maksud:
Menahan diri dari kesenangan dunia yang berlebihan dan tidak diperlukan. Zuhud
ini sunnah dan menjadi salah satu tanda kesederhanaan dalam
kehidupan seorang muslim.
·
Contoh:
- Tidak membeli barang-barang
mewah yang hanya untuk pamer, seperti mobil super mahal, pakaian
bermerek, atau perhiasan berlebihan.
- Memilih hidup sederhana meskipun
memiliki harta melimpah, seperti hidup seperti Khalifah Umar bin Khattab
yang sangat sederhana walau memimpin kekhalifahan besar.
- Menggunakan uang untuk amal
dan membantu orang lain daripada menumpuk kekayaan untuk diri sendiri.
Kesimpulan:
Zuhud dalam Islam mencakup tiga tingkatan: menjauhi
yang haram (wajib), meninggalkan yang syubhat (dianjurkan), dan menghindari
kelebihan dunia yang tidak diperlukan (sunnah). Melaksanakan semua tingkatan
ini menjadikan seorang muslim lebih dekat kepada Allah, lebih tenang dalam
hidup, dan lebih terfokus pada kehidupan akhirat yang abadi.
4o
You said:
apa maksud dari
hadits ini dan berikan contohnya ! ازْهَدْ في
الدُّنيا يحبَّكَ الله ، وأزهد فيما عندَ النَّاس يحبَّكَ النّاس»
ChatGPT said:
ChatGPT
Hadits:
"ازْهَدْ في الدُّنْيا يُحِبَّكَ
اللَّهُ، وَأَزْهَدْ فِيمَا عِندَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ"
(HR. Ibnu Majah)
Maksud Hadits:
Hadits ini mengajarkan tentang dua prinsip penting
dalam hidup:
1.
Zuhud terhadap Dunia
Zuhud dalam dunia berarti tidak terlalu mencintai atau bergantung pada dunia
ini, tidak terikat dengan kesenangan duniawi yang bersifat sementara, dan tidak
menjadikan dunia sebagai tujuan utama hidup. Jika seseorang bisa melepaskan
diri dari ketergantungan terhadap dunia, maka Allah akan mencintainya.
2.
Zuhud terhadap Apa yang Dimiliki Oleh Orang Lain
Zuhud terhadap apa yang ada pada orang lain berarti tidak iri atau tergoda
untuk mengejar apa yang dimiliki orang lain. Jika seseorang bisa merasa cukup
dengan apa yang dimilikinya sendiri dan tidak selalu menginginkan lebih, maka
orang-orang di sekitarnya akan menyukainya.
Secara keseluruhan, hadits ini menunjukkan bahwa orang
yang menjauhkan diri dari cinta dunia yang berlebihan dan tidak iri dengan apa
yang dimiliki orang lain, akan mendapatkan cinta dari Allah dan masyarakat.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
1.
Zuhud dalam Dunia:
o Contoh:
Seorang muslim memilih untuk hidup sederhana meskipun memiliki kemampuan
finansial yang besar. Ia tidak tertarik dengan kekayaan yang berlebihan, seperti
membeli rumah mewah atau mobil mahal hanya untuk pamer. Sebaliknya, ia lebih
memilih untuk menyisihkan hartanya untuk amal dan membantu orang lain. Dengan
cara ini, ia tidak terikat dengan dunia dan lebih dekat dengan Allah, yang
mencintainya karena kesederhanaan dan keikhlasannya.
2.
Zuhud terhadap Apa yang Dimiliki Orang Lain:
o Contoh:
Seorang pekerja yang merasa cukup dengan penghasilannya meskipun teman-temannya
memiliki mobil atau rumah yang lebih besar dan mewah. Ia tidak merasa iri atau
terbebani dengan apa yang dimiliki orang lain. Ia merasa cukup dengan apa yang
Allah berikan kepadanya dan lebih fokus untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dalam hal agama dan amal. Karena sikapnya yang tidak tergoda oleh harta dunia,
orang lain lebih menghormatinya dan lebih menyukainya, karena ia menunjukkan
ketenangan dan kebahagiaan yang datang dari dalam diri.
Kesimpulan:
Hadits ini mengajarkan agar seorang muslim menjauhi
kecintaan yang berlebihan terhadap dunia dan apa yang dimiliki orang lain.
Dengan cara ini, kita akan mendapatkan cinta dari Allah dan masyarakat, karena
kita lebih fokus pada kehidupan yang lebih penting, yaitu kehidupan akhirat dan
hubungan yang baik dengan sesama.
4o mini
You said:
apa maksud dari
hadits ini dan berikan contohnya! وقال عليه
الصّلاة والسلام : «الزُّهدُ في الدنيا يُريحُ القلب والبَدَن، والرَّغبة فيها
تُكثِرُالهَمَّ والحَزَن
ChatGPT said:
ChatGPT
Hadits:
"الزُّهدُ في الدنيا يُريحُ القلب
والبَدَن، والرَّغبة فيها تُكثِرُ الهَمَّ والحَزَن"
(HR. Al-Baihaqi)
Maksud Hadits:
Hadits ini menjelaskan tentang pengaruh zuhud (menjauhkan
diri dari kecintaan berlebihan terhadap dunia) terhadap hati dan tubuh
seseorang.
·
Zuhud dalam Dunia:
Menjauhkan diri dari kecintaan berlebihan terhadap dunia dan bersikap sederhana
membuat hati lebih tenang dan tubuh lebih sehat. Zuhud membantu seseorang untuk
lebih fokus pada tujuan hidup yang lebih tinggi, yaitu mendekatkan diri kepada
Allah, bukan tergantung pada kekayaan atau kesenangan duniawi.
Dengan menjauhkan diri dari dunia, seseorang merasa lebih bebas, tidak tertekan
oleh beban dan kecemasan yang seringkali datang dari usaha mengejar kekayaan
atau status sosial.
·
Raghibah dalam Dunia (Keinginan berlebihan terhadap dunia):
Sebaliknya, terlalu banyak mengejar dunia dan merasa tidak pernah cukup akan
membawa banyak kecemasan (khawatir kehilangan) dan kesedihan (karena tidak
tercapainya keinginan). Keinginan yang berlebihan untuk mendapatkan harta atau
kemewahan sering kali mengarah pada perasaan tidak puas dan penuh kekhawatiran,
yang akhirnya menambah beban mental dan emosional.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
1.
Zuhud dalam Dunia:
o Contoh:
Seorang yang hidup sederhana meskipun memiliki penghasilan yang cukup besar. Ia
tidak merasa perlu untuk membeli barang mewah atau memperlihatkan kekayaannya.
Hatinya lebih fokus pada kebahagiaan rohani, beribadah, dan membantu orang
lain, bukan pada kesenangan dunia yang sementara. Keadaan ini membuatnya merasa
damai, bahagia, dan tidak tertekan oleh tekanan sosial atau ekonomi.
2.
Raghibah dalam Dunia (Keinginan berlebihan terhadap dunia):
o Contoh:
Seorang pengusaha yang selalu merasa kurang, tidak puas dengan hasil yang
didapat, dan terus berusaha mencari lebih banyak kekayaan meskipun sudah
memiliki cukup. Ia sering merasa cemas dan stres karena takut kehilangan uang
atau harta, dan merasa tidak pernah cukup dengan apa yang dimiliki. Hal ini
membuatnya sering khawatir, tidak bahagia, dan tidak menikmati hidupnya, karena
selalu terjebak dalam keinginan untuk lebih banyak lagi.
Kesimpulan:
Hadits ini mengajarkan bahwa zuhud atau
menjauhkan diri dari kecintaan berlebihan terhadap dunia akan membawa
ketenangan batin dan fisik. Sebaliknya, terlalu banyak menginginkan dunia dan
kesenangannya akan membawa kecemasan, kesedihan, dan ketidakpuasan dalam hidup.
Menjaga keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan akhirat sangat penting untuk
mencapai kebahagiaan yang sejati.
4o mini
You said:
apa maksud dari
kalimat ini dan berikan contohnya! واعلَمْ أنّ
المؤمِنَ العاقل هو : الذي يُؤثِرُ الآخِرَة على الدُّنيا، والذي يُسوِّي بينهما
غبي أحمق . وأما الذي يُؤثِرُ الدّنيا على الآخرة فهوَ شالةٌ مُرْتاب، والله
أعلَمُ بالصواب
ChatGPT said:
ChatGPT
Kalimat:
"واعْلَمْ أنَّ المؤمنَ العاقل هو:
الذي يُؤثِرُ الآخرةَ على الدنيا، والذي يُسوِّي بينهما غبيٌّ أحمق. وأما الذي
يُؤثِرُ الدنيا على الآخرة فهوَ شَالةٌ مُرْتاب، واللهُ أعلمُ بالصواب."
Maksud Kalimat:
Kalimat ini menjelaskan tentang karakter seorang muslim yang bijaksana dan bagaimana cara pandangnya terhadap kehidupan dunia dan akhirat.
- Orang yang Bijaksana:
Seorang muslim yang bijaksana adalah mereka yang memilih akhirat sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Mereka memahami bahwa kehidupan dunia ini sementara, dan kehidupan yang abadi adalah kehidupan akhirat. Oleh karena itu, mereka lebih mementingkan amal saleh dan persiapan untuk kehidupan akhirat daripada mengejar kenikmatan dunia yang bersifat sementara. - Orang yang Bodoh:
Orang yang mencoba menyeimbangkan dunia dan akhirat dengan cara yang salah, atau menyamakan keduanya, dianggap sebagai orang yang bodoh dan ceroboh. Dalam pandangan ini, seseorang yang tidak bisa membedakan antara mana yang lebih utama, antara dunia yang fana dan akhirat yang kekal, adalah orang yang tidak bijaksana. - Orang yang Lebih Mengutamakan Dunia:
Sementara itu, orang yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat digambarkan sebagai ragu-ragu dan tidak stabil dalam iman dan kepercayaannya. Mereka lebih fokus pada kenikmatan duniawi tanpa memikirkan konsekuensi di akhirat, dan ini menyebabkan mereka berada dalam keraguan dan ketidakpastian.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
1.
Orang yang Mengutamakan Akhirat:
o Contoh:
Seorang yang bekerja keras untuk mendapatkan nafkah halal dan mencurahkan
waktunya untuk ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur'an, dan berzakat. Meskipun
ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan duniawi, ia tidak terjebak pada kenikmatan
dunia yang bersifat sementara. Ia selalu mengingat bahwa tujuan hidupnya adalah
untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Jika ada pilihan antara keuntungan dunia
yang bertentangan dengan prinsip agama, ia lebih memilih prinsip agama untuk
mencapai keselamatan di akhirat.
2.
Orang yang Menyeimbangkan Dunia dan Akhirat dengan Cara yang
Salah:
o Contoh:
Seseorang yang berusaha mengejar kesuksesan dunia, namun tidak tahu mana yang
lebih utama: bekerja keras untuk dunia tapi lupa ibadah, atau menyeimbangkan
keduanya tanpa memprioritaskan salah satu dengan tepat. Ia berusaha hidup
seimbang namun tidak tahu arah yang jelas, bahkan dalam perbuatannya, ia kadang
lalai dalam beribadah karena terlalu terfokus pada urusan dunia.
3.
Orang yang Mengutamakan Dunia di atas Akhirat:
o Contoh:
Seorang yang hanya mengejar kenikmatan dunia seperti harta, jabatan, atau
kesenangan pribadi tanpa memikirkan kehidupan akhirat. Ia rela melakukan segala
cara, meski harus meninggalkan kewajiban agama seperti shalat atau zakat,
asalkan mendapat keuntungan duniawi. Orang seperti ini cenderung meragukan
kehidupan setelah mati dan lebih berfokus pada apa yang dapat dicapainya
sekarang, meskipun itu bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.
Kesimpulan:
Kalimat ini mengajarkan kita untuk memahami prioritas hidup.
Seorang muslim yang bijaksana akan selalu lebih mengutamakan akhirat daripada
dunia karena ia sadar bahwa dunia adalah tempat sementara dan akhirat adalah
kehidupan yang kekal. Sebaliknya, orang yang lebih mengutamakan dunia atau yang
mencoba menyeimbangkan keduanya dengan cara yang salah dianggap sebagai orang
yang tidak bijaksana atau bahkan meragukan iman mereka. Oleh karena itu,
penting bagi seorang muslim untuk memahami dan memilih jalan hidup yang sesuai
dengan tujuan akhir yang lebih besar, yaitu kehidupan di akhirat.
· Dia mengambil dunia hanya untuk fasilitas kemudahan beribadah kepada Allah Swt dan adapun dunia-dunia yang menggangu ibadah maka mereka singgirkan.
· Orang yang bisa mengelola dunia untuk mendekatkan diri kepada Allah.
· Orang zuhud itu bukan yang memakai pakaian compang camping, makan seminggu sekali, tidak memakai harum-haruman.
· Misalnya membeli quran yang besar untuk membaca al-quran, beli motor bua ngaji.
· Kalau ada yang hidup sengsara, maka itu adalah awal dari zuhud, tetapi bukan hakikat zuhud itu sendiri.
· Membuang dunia yang mencegahnya kepada Allah.
· Misalnya ada 10 barang diseleksi. Misalnya ada barang yang membuat dekat akhirat, yang membuat jauh maka disingkirkan.
· Orang yang paling pintar adalah orang yang paling zuhud.
· Cari pekerjaan yang membuat dia bersyukur.
· Orang yang tidak pintar itu adalah yang tidak bisa membedakan yang membuat dia sengsara di akhirat. Sudah tau ada ular kenapa di dekatin!.
· Imam Al-Ghazali menerangkan zuhud yang berkaitan harta duniawi. Menurutnya, banyak orang keliru memahami zuhud. Banyak orang mengira, zuhud merupakan kondisi papa dan menjauhi kehidupan (harta) duniawi. Ini anggapan keliru yang terlanjur populer di masyarakat.
· Imam Al-Ghazali kemudian meluruskan kekeliruan pandangan terkait zuhud sebagaimana berikut:
· اعلم أنه قد يظن أن تارك المال زاهد وليس كذلك فإن ترك المال وإظهار الخشونة سهل على من أحب المدح بالزهد
· Artinya, “Ketahuilah, banyak orang mengira, orang yang meninggalkan harta duniawi adalah orang yang zuhud (zahid). Padahal tidak mesti demikian. Pasalnya, meninggalkan harta dan berpenampilan “buruk” itu mudah dan ringan saja bagi mereka yang berambisi dipuji sebagai seorang zahid,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz IV, halaman 252).
· Adapun hakikat zuhud itu sendiri adalah kondisi batin yang tidak tercemar oleh ambisi harta duniawi. Hal ini diangkat oleh Imam Al-Ghazali ketika menceritakan kezuhudan ulama besar dalam Islam Imam Malik ra yang kaya raya dan dermawan.
· Imam Malik ra adalah orang yang zuhud di mana harta duniawi tidak singgah di dalam hati dan pikirannya. Sementara ia adalah ulama besar yang kaya raya.
· وليس الزهد فقد المال وإنما الزهد فراغ القلب عنه ولقد كان سليمان عليه السلام في ملكه من الزهاد
· Artinya, “Zuhud bukan berarti ketiadaan harta duniawi. Zuhud merupakan kesucian hati dari harta duniawi. Nabi Sulaiman as sendiri di tengah gemerlap kekuasaannya tetap tergolong orang yang zuhud,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: I/43).
· Imam Al-Ghazali kemudian tiga tanda kezuhudan.
· 1. Tidak terpengaruh oleh keberadaan dan ketiadaan harta.
· العلامة الأولى أن لا يفرح بموجود ولا يحزن على مفقود كما قال تعالى لكيلا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما آتاكم
· Artinya, “Tanda pertama, tidak berbangga ketika berada dan tidak bersedih ketika tiada harta sebagaimana firman Allah, ‘Agar kalian tidak putus asa atas harta yang luput dan tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian,’ (Surat Al-Hadid ayat 23),” (Al-Ghazali, 2018 M: IV/252).
· 2. Tidak terpengaruh oleh pujian dan hinaan.
· العلامة الثانية أن يستوى عنده ذامه ومادحه
· Artinya, “Tanda kedua, orang yang menghina dan memujinya sama saja baginya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/252).
· Kalau tanda pertama berkaitan dengan kezuhudan harta, maka tanda kedua berkaitan dengan kezuhudan kepangkatan/kewibawaan, kata Imam Al-Ghazali.
· Az-Zabidi dalam Kitab Ithafus Sadatil Muttaqin Syarah Kitab Ihya Ulumiddin mengatakan perihal tanda kedua. Menurutnya, orang yang zuhud takkan bahagia mendengar pujian orang lain dan tidak kecewa menerima hinaan orang lain.
· 3. Terhibur atau senang dengan Allah SWT.
· العلامة الثالثة أن يكون أنسه بالله تعالى والغالب على قلبه حلاوة الطاعة
· Artinya, “Tanda ketiga, senang dengan Allah yang ditandai dengan kenikmatan ibadah dalam hatinya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/252).
· حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
· Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami ['Abdul Hamid bin Sulaiman] dari [Abu Hazim] dari [Sahl bin Sa'ad] dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Seandainya dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu Allah tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air." Dan dalam bab ini ada hadits dari Abu Hurairah, Abu Isa berkata: Hadits ini shahih gharib dari jalur sanad ini.
· Hadits Tirmidzi Nomor 2242
· Allah SWT membandingkan antara dunia disepadankan bahkan kurang dibandingkan sebelah sayap nyamuk, hal ini dimaksudkan agar orang beriman tidak terpesona lalu terjebak pada pola hidup mendahulukan dunia. Ada yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam hari, ada yang lupa dengan sanak famili karena kesibukan mencari harta, ada pula yang hingga bermusuhan dengan sesama karena memperebutkan dunia, bahkan ada yang mau menggadaikan harga diri dan agama untuk mendapatkan dunia. Semuanya terjadi karena sudah begitu terpesona dengan kehidupan dunia yang memikat itu.
· ماقل عمل برز من قلب زاهد و لا كثر برز من قلب راغب
· Walaupum hanya 2 rokaat tapi mahal harganya di sisi allah. Dan tidak sedikit jika di terima allah.
· Orang rogib yang ibadah hanya jasmani. Dan jasmani ini murah.
· لا يقبل عملا حتى يشهد بدنه مع قلبه
· Iika baca yasin maka hati kita juga yasin.
· Tidurnya orang alkm lebih mukiahdari ibadah orang jahil
· Misal wajib membawa dodol ke istana. Jika tidak maka akan di hukum.
· ada yang menghadiahkan kepada raja mutiara dan batu kali
· هو بغض ما يشغله عن الله تعالى فيرفضه و يتركه فضار قلبه فارغا عن سوى الله فيمكنهالحضورو الخشوع
· Mengeluarkan dari hati yang membuat lupa kepada Allah swt.
·
Komentar
Posting Komentar